Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di
saat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari vagina supaya
tidak meleleh ke mana-mana. Selain saat menstruasi, perangkat ini juga
digunakan setelah pembedahan vagina, setelah melahirkan, sesudah
aborsi, maupun situasi lainnya yang membutuhkan pembalut ini untuk
menyerap setiap cairan yang berupa pendarahan pada vagina.
Pembalut wanita tidak sama dengan popok yang digunakan baik pria atau wanita yang mengidap masalah buang air kecil. Namun pembalut
wanita dapat juga digunakan oleh mereka, karena daya serap yang
hampir sama dengan popok yang demikian. Benda yang berguna untuk
menampung darah menstruasi ini ternyata sudah muncul dalam catatan
tertulis sejak abad ke-10.
Sepanjang sejarah, wanita menggunakan berbagai macam perlindungan
menstruasi, Beberapa contohnya yang dapat dilihat di Museum Menstruasi
antara lain adalah sejenis bantalan yang dijahit dan celemek
menstruasi, Orang Inuit (Eskimo) memakai kulit kelinci sementara di
Uganda yang dipakai adalah papirus. Cara yang cukup umum adalah dengan
menggunakan potongan kain tua.
Pembalut wanita sekali pakai yang pertama kali didistribusikan di
dunia adalah produk dari Curads and Hartmann’s. Ide untuk produk ini
berawal dari para perawat yang memakai perban dari bubur kayu untuk
menyerap darah menstruasi. Bantalan jenis ini dianggap cukup murah
untuk dibuang setelah dipakai dan bahan bakunya gampang didapat.
Beberapa pembuat pembalut wanita sekali pakai pertama adalah juga
produsen perban (pembalut wanita modern dapat digunakan untuk
pertolongan pertama pada luka jika tidak ada perban karena pembalut
wanita kemampuan menyerapnya tinggi dan steril).
Butuh beberapa lama untuk produk baru itu dipergunakan secara luas
oleh wanita. Hal ini terutama disebabkan masalah harga. Pembalut
wanita sekali pakai awalnya terbuat dari wol, katun, atau sejenisnya,
berbentuk persegi dan diberi lapisan penyerap. Lapisan penyerapnya
diperpanjang di depan dan belakang agar bisa dikaitkan pada sabuk
khusus yang dipakai di bawah pakaian dalam. Desain model begini
merepotkan karena suka selip ke depan atau belakang. Kemudian,
desainer pembalut punya ide cerdas memberi perekat pada bagian bawah
pembalut untuk dilekatkan pada pakaian dalam.
Pada pertengahan 1980-an pembalut bersabuk lenyap dari pasaran
digantikan pembalut berperekat. Sejalan dengan perkembangan
ergonomika, desain pembalut juga ikut berkembang sejak tahun 1980-an
sampai sekarang. Dulu, pembalut tebalnya bisa sampai dua sentimeter
dan karena bahan penyerapnya kurang efektif, suka bocor. Untuk
mengatasinya, berbagai variasi diterapkan, misalnya menambahkan sayap,
mengurangi ketebalan dengan memakai bahan tertentu dan sebagainya.
Desain pembalut yang tadinya cuma persegi dibuat menjadi lebih
berlekuk-liku, jenis pembalut pun jadi beragam. Jenis-jenis pembalut
sekali pakai mencakup panty liner, ultra thin, regular, maxi, night,
dan maternity. Beberapa pembalut bahkan diberi deodoran untuk
menyamarkan bau darah dan ada beberapa jenis panty liner yang
dirancang agar dapat dipakai bersama G-string.
Meskipun pembalut sekali pakai telah banyak digunakan, pembalut dari
kain (tentu saja dengan desain yang lebih baik, bukan sekadar
potongan-potongan kain yang disumpalkan) kembali muncul sekitar tahun
1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Wanita
memilih memakai kain dengan alasan kenyamanan, kesehatan, dampak
lingkungan, dan lebih murah karena memungkinkan untuk dicuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik Dan Saran via Email : rnfitri1979@gmail.com
Terima Kasih Atas Komentar Kerennya Sobat..